Pada tahun 1948, kloramfenikol menjadi antibiotik standar untuk menatalaksana tifoid. Meskipun resistensi muncul dalam 2 tahun sejak diperkenalkan, tidak sampai tahun 1972 demam tifoid yang resisten terhadap kloramfenikol menjadi masalah yang penting. Wabah terjadi di Meksiko, India, Vietnam, Thailand, Korea, dan Peru. Resistensi kloramfenikol berhubungan dengan plasmid IncHI yang memiliki berat molekul yang besar dan dapat mentransfer diri sendiri. Strain S. enterica serotipe typhi ini juga bersifat resisten terhadap sulfonamid, tetrasiklin, dan streptomisin, namun awalnya amoksilin dan trimethoprim-sulfamethoxazole masih menjadi obat alternatif yang efektif. Pada akhir 1980an dan 1990an, S. enterica serotipe typhi mengalami resistensi secara simultan terhadap semua obat yang pernah digunakan sebagai terapi lini pertama (kloramfenikol, trimethoprim, sulfamethoxazole, dan ampisilin). Wabah infeksi dengan strain-strain ini terjadi di India, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Timur Tengah, dan Afrika (Gambar 2). Strain yang resisten terhadap berbagai obat ini juga membawa plasmid IncHI 100.000-120.000 kD yang mengkode resistensi gen. Penyebaran diakibatkan oleh diseminasi klonal dari individu dengan strain S. enterica serotipe typhi yang resisten terhadap berbagai obat (mutidrug-resistant) atau dari transfer plasmid ke berbagai strain S. enterica serotipe typhi. Resistensi jarang muncul pada saat periode terapi. S. enterica serotipe typhi yang resisten terhadap berbagai obat masih umum pada kebanyakan daerah di Asia, meskipun pada beberapa daerah, strain-strain yang rentan terhadap semua antibiotik lini pertama telah muncul kembali.
Terdapat laporan sporadik terkait resistensi tingkat tinggi terhadap seftriakson (konsentrasi hambat minimal [minimal inhibitory concentration/ MIC] sebesar 64 mg/liter) pada S. enterica serotipe typhi dan S. enterica serotipe paratyphi A, meskipun strain-strain ini sangat jarang. Strain S. enterica serotipe typhi yang memiliki kerentanan yang berkurang terhadap fluorokuinolon telah menjadi masalah utama di Asia. Wabah tifoid dengan strain tersebut di Tajikistan pada tahun 1997 menimbulkan penyakit pada 8000 orang dalam periode 6 bulan dan mengakibatkan 150 kematian. Meskipun mereka dilaporkan bersifat rentan terhadap fluorokuinolon melalui tes disk dengan penggunaan break point yang direkomendasikan, organisme-organisme ini menunjukkan resistensi terhadap asam nalidiksat dan MIC fluorokuinolon untuk strain ini 10 kali lebih besar dibandingkan dengan strain dengan kerentanan penuh. Pengurangan kerentanan ini mengakibatkan respons klinis yang buruk terhadap terapi. Resistensi kuinolon sering dimediasi oleh mutasi titik tunggal pada daerah penentu resistensi-kuinolon pada gen gyrA, yang umumnya terdapat pada posisi 83 pada DNA gyrase enzyme (merubah serine menjadi fenilalanin) dan posisi 87 (merubah aspartat menjadi tirosin atau glisin).
Kuinolon, seperti asam nalidiksat, merupakan sekelompok senyawa sintetis berdasarkan 4-nukleus kuinolon. Pengenalan fluorine pada posisi 6 nukleus menciptakan kelompok senyawa fluorokuinolon, yang secara signifikan memiliki aktivitas antimikroba yang lebih besar. Pada Enterobacteriaciae lain, tingkat resistensi kuinolon yang lebih tinggi berhubungan dengan mutasi tambahan pada gen gyrA, mutasi pada gen topoisomerasi lain, atau perubahan pada pengambilan (uptake) fluorokuinolon. Belum ada mutasi yang dilaporkan pada S. enterica serotipe typhi, meskipun terdapat laporan sporadik berupa isolat yang menunjukkan resistensi penuh terhadap fluorokuinolon. Karena respons klinis terhadap fluorokuinolon pada pasien-pasien yang terinfeksi dengan strain yang resisten dengan asam nalidiksat lebih inferior dibandingkan dengan respons pada orang-orang yang terinfeksi denga strain yang rentan dengan asam nalidiksat, kami percaya bahwa break point untuk klasifikasi strain S. enterica serotipe typhi berdasarkan kerentanan harus diubah. Solusi pragmatis adalah dengan mengklasifikasi strain yang resisten dengan asam nalidiksat namun rentan terhadap fluorokuinolon menurut kriteria tes disk saat ini sebagai resisten terhadap kuinolon atau tidak rentan terhadap fluorokuinolon. Semua strain yang memiliki kerentanan intermediet atau resistensi terhadap fluorokuinolon pada tes disk (seperti didefinisikan pada panduan nasional) harus dianggap sebagai resisten fluorokuinolon.
www.Jasa Jurnal.com
Layanan pencarian jurnal dan penerjemahan jurnal kedokteran bergaransi.
Menerima jasa proof reading atau pengecekan grammar.
Jurnal lengkap (full-text) beserta terjemahannya dapat dipesan melalui jasajurnal.com (diproses 1-2 hri kerja)
Format: “NAMA_PERMINTAAN_JUDULARTIKEL”
Kontak:
LINE ID
Pencarian Jurnal : Jasajurnal3
Terjemah: Jasajurnal4 atau JasaJurnal 5
SMS/WA : 0857 3512 4881 atau 0812 3398 8685
Email : center.jasjur@gmail.com