JasaJurnal.com
  • Beranda
  • Layanan Jasa Jurnal
    • Daftar Harga
    • Form Cari Jurnal
    • Form Buka Jurnal-Ebook
    • Form Cek Plagiarisme – Turnitin
    • Form Terjemah Eng – Indo
    • Form Terjemah Indo – Eng
    • Form Rangkum Jurnal-Ebook
    • Form Desain Slide PPT
    • Form Cek Grammar / Proof Read
  • Konfirmasi Bayar
  • Blog
    • Anastesi
    • Bedah
    • Dermatologi
    • Gigi & Mulut
    • IPD
    • Kardiologi
    • Kulit
    • Neurologi
    • Obstetri & Ginekologi
    • Ortopedi
    • Parasitologi
    • Pediatri
    • THT
    • Jasa Jurnal
  • Tentang Kami
    • FAQs (Frequently Asked Questions)
    • SYARAT & KETENTUAN

MENINGIOMA

14/06/2018admin websiteBedahNo comments

Meningioma adalah tumor yang muncul pada daerah meninges otak. Meningioma umumnya ditemukan di permukaan otak baik di atas konveksitas atau di dasar tengkorak. Namun bisa juga ditemukan di lokasi intraventrikular atau intraoseus tetapi kasusnya jarang terjadi, Berdasarkan letaknya meningioma bisa terjadi di intrakranial atau di spinal. Meningioma diduga muncul dari cap sel arachnoid yakni berada di lapisan arachnoid yang menutupi permukaan otak, karena arachnoid bisa mengekspresikan karakteristik mensenkimal dan epitel.

Setiap tahunnya meningioma terjadi 2 kasus per 100.000 individu dan meningioma menyumbang 20% dari semua neoplasma intrakranial primer. Angka mortalitas meningioma sulit dinilai, karena temuan meningioma tidak sengaja ketika pasien melakukan pemeriksaan fisik CT Scan kepala, namun perkiraan angka kelangsungan hidup  dalam 5 tahun mencapai 73-94%. Meningioma biasanya muncul perlahan-lahan dan menyebabkan morbiditas berat sebelum kematian. Faktor yang dapat meningkatkan risiko morbiditas meningioma pasca operasi ialah usia lanjut, diabetes, jantung koroner, dan status neurologis pasien. Sedangkan dari factor tumor sendiri ialah ukuran, konsistensi, vaskularisasi, keterlibatan vascular atau saraf, riwayat oprasi meningioma sebelumnya, dan terapi radiasi sebelumnya. Meningioma lebih sering menyerang wanita disbanding pria dengan perbandingan 1: 1,4-2,8. Seiring bertambahnya usia faktor risiko meningioma juga menigkat.

Berikut lokasi spesifik meningioma menyebabkan gejala khas yang muncul.

Location Symptomp
Parasagittal Monoparesis of the contralateral leg
Subfrontal Change in mentation, apathy or disinhibited behavior, urinary incontinence
Olfactory groove Anosmia with possible ipsilateral optic atrophy and contralateral papilledema (this triad termed Kennedy-Foster syndrome)
Cavernous sinus Multiple cranial nerve deficits (II, III, IV, V, VI), leading to decreased vision and diplopia with associated facial numbness
Occipital lobe Contralateral hemianopsia
Cerebellopontine angle Decreased hearing with possible facial weakness and facial numbness
Spinal cord Localized spinal pain, Brown-Sequard (hemispinal cord) syndrome
Optic nerve Exophthalmos, monocular loss of vision or blindness, ipsilateral dilated pupil that does not react to direct light stimulation but might contract on consensual light stimulation; often, monocular optic nerve swelling with optociliary shunt vessels
Sphenoid wing Seizures; multiple cranial nerve palsies if the superior orbital fissure involved
Tentorial May protrude within supratentorial and infratentorial compartments, producing symptoms by compressing specific structures within these 2 compartments 
Foramen magnum Paraparesis, sphincteric troubles, tongue atrophy associated with fasciculation

Penyebab meningioma masih menjadi perdebatan, namun beberapa teori penyebab meningioma yang dikemukakan para ahli ialah sebagai berikut.

  1. Trauma dan virus telah diselidiki sebagai penyebab meningioma namun belum ada bukti definitive yang ditemukan
  2. Peradangan mengakibatkan peningkatan regulasi COX-2 yang diteliti dalam tumorogenesis meningioma
  3. Radiasi kranial dosis tinggi dapat menyebabkan meningioma setelah periode latensi singkat.
  4. Perubahan genetik yang paling khas dan paling umum penyebab meningioma ialah hilangnya gen NF2 pada kromosom 22q

Grade meningioma menurut WHO taun 2007 berdasarkan pemeriksaan histopatologi.

WHO Grade Histological Subtype Histological Features
I Meningothelial, fibroblastic, transitional, angiomatous, microcystic, secretory, lymphoplasmacytic metaplastic, psammomatous Does not fulfill criteria for grade II or III
II (Atypical) Chordoid, clear cell 4 or more mitotic cells per 10 hpf and/or 3 or more of the following: increased cellularity, small cells, necrosis, prominent nucleoli, sheeting, and/or brain invasion in an otherwise Grade I tumor
III (Anaplastic) Papillary, rhabdoid 20 or more mitoses per 10 hpf and/or obviously malignant cytological characteristics such that tumor cell resembles carcinoma, sarcoma, or melanoma

Sampai saat ini masih belum ada tes laboratorium untuk mendiagnosis meningioma, pemeriksaan penunjang saat ini yang digunakan ialah pemeriksaan radiografi, berikut pemeriksaan radiografi yang digunakan untuk menegakkan diagnosis meningioma.

  1. Foto polos tengkorak
  2. CT Scan dengan kontras
  3. Angiogravi endovascular
  4. MRI

Beberapa tatalaksana dalam menanganani meningioma.

  1. Kortikosteroid
  2. Antiepilepsi
  3. Kemoterapi
  4. Radioterapi
  5. Pembedahan

Sumber:

Dikutip dari George H. 2017. Meningioma. New York: Medscape

www.Jasa Jurnal.com

Layanan pencarian jurnal dan penerjemahan jurnal kedokteran bergaransi

Kontak:
LINE ID
Pencarian Jurnal : Jasajurnal3
Terjemah: Jasajurnal4 atau JasaJurnal 5

SMS/WA : 0812 3398 8685 atau 0857 3512 4881

Email : center.jasjur@gmail.com

Tags: definisi meningioma, diagnosis meningioma, epidemiologi meningioma, etiologi meningioma, greade meningioma, klasifikasi meningioma, meningioma, pemeriksaan penunjang meningioma, tanda dan gejala meningioma, tatalaksana meningioma, tumor otak

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dapatkan artikel kedokteran terbaru, ribuan jurnal yang telah diterjemahkan, secara FREE dengan berlangganan

Pos-pos Terbaru

  • Tatalaksana Demam Tifoid
  • Diagnosis Demam Tifoid
  • Manifestasi Klinis Demam Tifoid
  • Resistensi Antimikroba pada Demam Tifoid
  • Patogenesis Demam Tifoid

Komentar Terakhir

  • StivenSortHoads pada Fraktur pada bagian leher femur : apakah membutuhkan X-ray lateral?

Arsip

  • Desember 2019
  • November 2019
  • Oktober 2019
  • September 2019
  • Agustus 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Januari 2019
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juli 2018
  • Juni 2018
  • Mei 2018
  • April 2018
  • Maret 2018
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • November 2016
  • September 2016
  • Maret 2016
  • Januari 2016

Kategori

  • Anastesi
  • Bedah
  • Dermatologi
  • Endokrin
  • Farmakologi
  • FIsiologi
  • Forensik
  • Gigi & Mulut
  • Gizi
  • IPD
  • Jasa Jurnal
  • Kardiologi
  • Kulit
  • Neurologi
  • Obstetri & Ginekologi
  • Ofthalmologi
  • Ortopedi
  • Parasitologi
  • Patologi Anatomi
  • Pediatri
  • Psikiatri-Psikologi
  • Radiologi
  • THT
  • Uncategorised
  • urologi
  • Venereologi
  • Ketentuan Umum
  • Kebijakan Privasi
© Jasa Jurnal 2016