JasaJurnal.com
  • Beranda
  • Layanan Jasa Jurnal
    • Daftar Harga
    • Form Cari Jurnal
    • Form Buka Jurnal-Ebook
    • Form Cek Plagiarisme – Turnitin
    • Form Terjemah Eng – Indo
    • Form Terjemah Indo – Eng
    • Form Rangkum Jurnal-Ebook
    • Form Desain Slide PPT
    • Form Cek Grammar / Proof Read
  • Konfirmasi Bayar
  • Blog
    • Anastesi
    • Bedah
    • Dermatologi
    • Gigi & Mulut
    • IPD
    • Kardiologi
    • Kulit
    • Neurologi
    • Obstetri & Ginekologi
    • Ortopedi
    • Parasitologi
    • Pediatri
    • THT
    • Jasa Jurnal
  • Tentang Kami
    • FAQs (Frequently Asked Questions)
    • SYARAT & KETENTUAN

EPILEPSI LOBUS FRONTAL

22/06/2018admin websiteBedah, NeurologiNo comments

Epilepsi lobus frontal ditandai dengan kejang berulang yang berasal dari lobus frontal. Jenis kejang yang ditimbulkan dari epilepsi jenis ini ialah kejang parsial sederhana atau kejang parsial kompleks disertai kejang generalisasi sekunder. Status epileptikus sering dikaitkan dengan epilepsi lobus frontal dibandingan dengan kejang yang ditimbulkan dari daerah lain.

Waktu terjadinya kejang ialah karakteristik penting untuk mendiagnosis epilepsy lobus frontal, sebagian besar kejang terjadi antara jam 2 pagi dan siang hari. Beberapa tanda yang mungkin membantu membedakan epilepsy lobus frontal dengan epilepsy lain ialah sebagai berikut.

  1. Semiologi stereotip
  2. Terjadi saat tidur
  3. Durasi yang singkat (seringkali <30 detik)
  4. Generalisasi sekunder cepat
  5. Manifestasi motorik yang menonjol
  6. Automatisme kompleks

Riwayat gejala yang ditimbulkan dari epilepsy lobus frontal bervariasi, tergantung dari lokasi yang terlibat seperti di bawah ini.

  1. Dominant hemisphere involvement: Gangguan bicara yang menonjol
  2. Supplementary motor area: Biasanya melibatkan gangguan unilateral atau asimetris, postur tonik bilateral seperti grimis wajah, vokalisasi atau gangguan bicara, kejang seringkali didahului aura somatosensoris, gejala automatisme kompleks mungkin muncul seperti menendang, tertawa, menggoyang panggul yang responsif dan sering dipertahankan.
  3. Primary motor cortex: Biasanya kejang parsial sederhana dengan gerakan klonik atau myoklonik dan kesadaran tidak terganggu, kejang dapat menyebar ke daerah kortikal dan kejang generalisasi sekunder sering terjadi. Gangguan bicara, adversif kontralateral, dan sikap distonik mungkin dapat terjadi.
  4. Medial frontal, girus cingulate, orbitofrontal, atau daerah frontotemporal: Biasanya terjadi agitasi motorik dan automatisme gestural, gejala visero sensoris, dan perasaan emosional yang kuat sering digambarkan. Aktivitas motoric yang berulang sering terjadi seperti menggoyangkan panggul, mengayuh, meronta-ronta, tertawa atau menangis, gejala kejang sering aneh dan kadang salah didiagnosis sebagai gejala psikogenik.
  5. Korteks dorsolateral: Gerakan tonik atau klonik sering dikaitkan dengan kontralateral kepala, deviasi mata, dan gerakan memutar kepala.
  6. Operculum: Gerakan menelan, salivasi, mastikasi, aura epigastrik, ketakutan, gangguan berbicara sering dikaitkan dengan gerakan wajah klonik, dan halusinasi perangsang mungkin bisa terjadi.
  7. Nonlocalizable frontal seizure: Jarang, manifestasi terjadinya kejang disertai dengan lonjakan generalisata atau gelombang di EEG yang mungkin sulit dibedakan dengan generalized absence seizure primer. Kejang dapat muncul sebagai kejang tonik-klonik umum tanpa onset fokal yang jelas.
  8. Epilepsy lobus frontal nocturnal: Warisan dominan autosomal, kejang terjadi saat tidur, ditandai dengan manifestasi motorik seperti distonik postur, menyentak, membungkuk, bergoyang, dan kadang sulit dibedakan dengan parasomnia.

Apabila kejang dengan onset baru, pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab metabolic seperti hipoglikemia atau hipomagnesemua, untuk pasien dengan diagnosis epilepsy yang sudah tegak, beberapa pemeriksaan laboratorium yang mungkin dibutuhkan ialah.

  1. Complete blood count untuk memantau neutropenia dan trombositopenia
  2. Tes fungsi hati
  3. Kadar antikonvulsan

Pemeriksaan radiologi yang mungkin membantu dalam menegakkan diagnosis epilepsy lobus frontal ialah sebagai berikut.

  1. MRI
  2. PET Scan
  3. SPECT Scan

Semua pasien epilepsy dilakukan pemeriksaan EEG untuk menentukan jenis kejang.

Terapi antikonvulsan harus dimulai setelah diagnosis epilepsy ditegakkan, epilepsy lobus frontal tipe nocturnal dengan manifestasi motorik yang menonjol sangat responsif dengan carbamazepine, terapi bisa digunakan terapi tunggal atau kombinasi.

Pasien dengan epilepsi yang sulit ditangani harus dipertimbangkan untuk operasi epilepsi resektif. Beberapa terapi yang direkomendasikan ialah sebagai berikut.

  1. Diet ketogenik
  2. Diet Atkins yang dimodifikasi
  3. Stimulator saraf vagus
  4. Corpus callosotomy
  5. Multiple subpial transections

Sumber:

Sheryl H. 2015. Frontal Lobe Epilepsy. New York: Medscape

www.Jasa Jurnal.com

Layanan pencarian jurnal dan penerjemahan jurnal kedokteran bergaransi

Kontak:
LINE ID
Pencarian Jurnal : Jasajurnal3
Terjemah: Jasajurnal4 atau JasaJurnal 5

SMS/WA : 0812 3398 8685 atau 0857 3512 4881

Email : center.jasjur@gmail.com

Tags: definisi epilepsi lobus frontal, diagnosis epilepsi lobus frontal, epilepsi lobus frontal, kejang, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang epilepsi lobus frontal, tanda dan gejala epilepsi lobus frontal, tatalaksana epilepsi lobus frontal

Related Articles

ARTERIOVENOUS MALFORMATIONS

20/06/2018admin website

KEJANG YANG TIMBUL DARI KORTEKS INSULAR

01/04/2019admin website

Etiologi Kejang

13/09/2017admin website

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dapatkan artikel kedokteran terbaru, ribuan jurnal yang telah diterjemahkan, secara FREE dengan berlangganan

Pos-pos Terbaru

  • Tatalaksana Demam Tifoid
  • Diagnosis Demam Tifoid
  • Manifestasi Klinis Demam Tifoid
  • Resistensi Antimikroba pada Demam Tifoid
  • Patogenesis Demam Tifoid

Komentar Terakhir

  • StivenSortHoads pada Fraktur pada bagian leher femur : apakah membutuhkan X-ray lateral?

Arsip

  • Desember 2019
  • November 2019
  • Oktober 2019
  • September 2019
  • Agustus 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Januari 2019
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juli 2018
  • Juni 2018
  • Mei 2018
  • April 2018
  • Maret 2018
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • November 2016
  • September 2016
  • Maret 2016
  • Januari 2016

Kategori

  • Anastesi
  • Bedah
  • Dermatologi
  • Endokrin
  • Farmakologi
  • FIsiologi
  • Forensik
  • Gigi & Mulut
  • Gizi
  • IPD
  • Jasa Jurnal
  • Kardiologi
  • Kulit
  • Neurologi
  • Obstetri & Ginekologi
  • Ofthalmologi
  • Ortopedi
  • Parasitologi
  • Patologi Anatomi
  • Pediatri
  • Psikiatri-Psikologi
  • Radiologi
  • THT
  • Uncategorised
  • urologi
  • Venereologi
  • Ketentuan Umum
  • Kebijakan Privasi
© Jasa Jurnal 2016